Perbedaan itu indah. Beda dalam banyak hal: suku, agama, bahasa, seni, budaya dan sebagainya, tetapi tetap satu dalam kesatuan: Indonesia. Itulah makna filosofis yang terkandung di dalam semboyan yang tertulis pada lambang negara Indonesia, Burung Garuda Pancasila.
Namun nyatanya banyaknya perbedaan sering menjadi penghambat dalam banyak hal. Mari kita lihat proses yang terjadi selama Pemilu 2009 kemarin. Begitu banyaknya partai dan caleg sehingga kertas suara harus didesain sedemikian besar.
Itupun masih belum cukup sehingga tulisan nama caleg harus dibuat kecil-kecil. Tidak ergonomis untuk semua usia pemilih. Bagi yang muda mungkin bisa membaca tulisan itu dengan jelas. Bagi yang sudah sepuh, membuka dan melipat kembali kertas suara saja mengalami kesulitan, apalagi membaca nama-nama calegnya.
Seandainya jumlah partai tersebut tidak sebanyak itu, misalnya seperempatnya saja, mungkin desain kertas suara bisa dibuat nyaman untuk semua pemilih sehingga peluang terjadinya kesalahan atau asal coret menjadi lebih kecil.
Itu hanya dari desain kertas suara saja. Belum lagi proses pendataan Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang ternyata carut-marut. Banyak warga masyarakat yang tidak masuk DPT. Sebaliknya, banyak juga anak kecil atau orang yang sudah meninggal tetapi masuk dalam DPT.
Ada juga nama yang sama tetapi tertulis beberapa kali di dalam daftar tersebut. Entah ini disengaja atau tidak, yang jelas telah menimbulkan perdebatan panjang di kalangan elit partai politik, utamanya yang perolehan suaranya dirasa kurang.
Itu tadi hanya contoh perbedaan yang menjadi penyebab munculnya masalah. Semua kembali ke kedewasaan dalam berfikir supaya perbedaan dan keragaman itu menjadi sebuah orkestra yang indah..
Selamat hari Kamis Ki Sanak, setujukan kalian jika tulisan “BHINNEKA TUNGGAL IKA” itu diganti dengan “ONE SPIRIT ONE NATION”?
Perbedaaan itu hikmah
analisa cakep! Dan terkadang perbedaan juga membuat tingkat ke-ngeyel-an orang cenderung meningkat pula! Jangankan di kritik diberi saran aja malah balik protes, atau parahnya malah melemparkan persoalan ke pihak lain dan sembunyi dibalik ketiak konstitusi! Udah menghabiskan uang negara, carut marut,eee masih dapet bantuan fund dari negara luar! kaco!
Gak setojo karena terlalu kebarat-baratan kan kita ketimur-timuran daripada dikandakkan bapak-bapak saia
bingung mo cument apa …
kalo dah masalah politik kaya gni… gak erti..om
“Berbeda-beda tetapi tetap satu jua”
negeri ku Indonesia …
Bhineka Tunggal Ika, salah satu kata dalam kitab sutasoma yang di karang oleh Mpu Tantular.
Yang berarti ,berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Indonesia bukan biru,kuning,merah ataupun hijau !
Indonesia adalah dari Sabang sampai Merauke,
dari Timur sampai ke Talaud.
Teruskan perjuanganmu sobat !
al ikhtilafu arrahmah
perbedaan itu indah
🙂
Semoga tidak sekedar pantes2an aja..
Ga setuju kang.. “ONE SPIRIT ONE NATION?” ga setuju kang… orang2 sepuh ga paham artinya.. 😆
Bhineka Tunggal Ika ” Berbeda-beda tetapi tetap satu jua”
aku gak setuju tulisan “BHINNEKA TUNGGAL IKA” itu diganti dengan “ONE SPIRIT ONE NATION” lha ini kan negara Indonesia bukan di Inggris
JANGAN JADI AGEN INGRIS……..
Bhinneka Tunggal Ika ituh bahasa mana ya aselinya?
Kalo sayah lebih setujuh tulisannya diganti sama
Berbeda-beda Tetapi Tetap Satu Jua
karena lebih berbahasa Endonesa.
Kalo situh-situh pada ndak setujuh ya ndak papa.
Selamat Siang Mbah Mbelgedez, sudah miripkah gaya berkomentar saya?
nek gak ono perbedaan MAHKAMAH KONSTITUSI ora payu jhe……
Setuju…!!
Perbedaan memang indah… tp kadang perbedaan juga biang anarkhi…
duh, komenku kok ilang, mas?
Gak setuju lek diganti coz kita harus cintai bahasa Sendiri boz….
wakakakakakakakakakakkakakak
*ngakak moco komenne pak sawali*
dari hasil carut-marut pemilu kali ini semoga menjadi pelajar pemilu mendatang. biar pemilihan hanya gambar partai saja. engga belibet.
kog pake basa orang bule om khan bangsanya INDONESIA
wekekekekek/….
whatever lah kalo politik dinda gag nyantol blzzzzzz
asal yang menabuh seragam ya baik itu
yo gak setuju to bang det, mosok bhinneka tunggal ika diganti minum seprit???
Pingback: San Francisco Board of Education » Kakawin Sutasoma
Good post, thanks. Can you tell me about the third paragraph more?