Promosi merajalela demi mendapatkan order
Ketika sedang berhenti di Traffic Light (wellknown as lampu merah) di Surabaya ini, coba perhatikan benda-benda di sekeliling Anda. Sudah hampir pasti di situ ada tempelan iklan bertuliskan “BADUT ULANG TAHUN” beserta nomor telepon yang bisa dihubungi. Tanpa kata-kata yang lain seperti yang biasa terdapat dalam sebuah iklan visual.
Mungkin mereka berfikir bahwa orang sudah pasti akan faham bahwa yang dimaksud badut ulang tahun adalah jasa badut panggilan untuk melengkapi acara ulang tahun anak-anak. Rasanya memang kurang lengkap acara ulang tahun anak kecil tanpa menghadirkan badut. Bahkan biasanya badut itu sendirilah yang sekaligus bertugas sebagai pembawa acara alias master of ceremony alias MC. Atraksi yang biasanya dibawakan oleh om badut adalah atraksi sulap dan menyanyi ๐
Melihat dandanannya yang lucu saja anak kecil akan tertawa terbahak-bahak riang gembira. Tak jarang ada yang meminta foto bersama om badut. Tentu saja juga ada yang takut, menerjemahkan dandanan om badut yang lucu itu sebagai sesuatu yang menyeramkan dan kemudian menangis keras-keras. Namanya juga anak kecil
Om badut faham ilmu marketing
Kembali ke om badut, apa yang kita saksikan di perempatan-perempatan itu adalah wujud adanya kepedulian untuk membuat promosi. Om badut ternyata juga faham marketing. Bahwa supaya mendapatkan order maka dia harus bikin iklan. Mengapa harus iklan tempel? Karena murah dan mudah dibaca siapa saja yang lewat secara gratis. Bandingkan dengan memasang iklan di media lain yang pembacanya terbatas.
Kelihatan jorok, Tertibkan!
Namun iklan tempel dari om badut tersebut bisa mengganggu estetika kota. Tiang listrik yang sudah dicat bagus menjadi kotor oleh tempelan iklan yang ditumpuk-tumpuk. Iklan yang lama sudah kusam maka ditumpuk lagi dengan iklan yang baru. Begitu dilepas oleh Satpol PP maka besoknya akan terpasang lagi iklan yang baru.
Iklan om badut harus ditertibkan. Tapi sebelum menertibkan iklan wong cilik yang berusaha mencari sesuap nasi itu, tertibkan dulu iklan baliho raksasa liar tak berijin milik para mafia reklame yang juga banyak bertebaran dan juga mengganggu estetika kota sekaligus berpotensi rubuh ketika hujan dan bisa memakan korbanย itu!
kalo di prapatan nJeruksing, bukan Badut Ulang Tahun, tapi Cucian Ridho sama Servis Jok Satria Nusantara.
~~~ lha om Badut kan ndak mbayar sama alumnus IPDN ituh. beda dengan mafia reklame ituh yang mbayar. :p
ho oh mas…
kudunya tiyang listrik sama tiyang telpon itu juga harusnya ditertibkan… apalagi nek kabele keliatan ruwet dan awut-awutan..
ra propesional blas.. sing nemplekne stiker kan cuma melihat ada wahana gitu.. wakaka
Aku juga sempat heran lihat iklan2 itu. Tapi aku perhatikan gambarnya Om Det kok ga da yo? ๐
wah semangat sang badut patut ditiru ๐
bener banget, harus ditertibkan dari yang kecil sampai yang besar tuh. carut marut gak beranturan merusak pemandangan kota ae.
yah serba salah mas badut..paling efektif y sebar brosur dan mulut ke mulut dengan strategi dari compani badud drpd merusak tatanan kota. mahal buat drpd rusaknya